Siapa
tak kenal dan mengetahui bencana Lumpur Lapindo, ternyata Lumpur
Lapindo Sidoarjo ini tak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga
terkenal luas di mancanegara, setidaknya bagi para ilmuwan dan pengamat
Vulkanologi dan Geologi tak terkecuali ilmuwan dari Durham
University, Inggris yang mengamati lebih dekat semburan Lumpur yang
hingga kini masih terjadi dan belum menampakan akan berhenti.
Semburan
lumpur yang lebih dikenal dengan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa
Timur, yang membuat lebih dari 13 ribu keluarga kehilangan rumah
diperkirakan terus menyembur hingga seperempat abad mendatang. Semburan
tersebut akan terus memuntahkan gas yang mudah terbakar, seiring dengan
semakin dalamnya danau lumpur yang terbentuk.
A mud volcano that has displaced more than 13,000 Indonesian families will erupt for at least a quarter of a century, emitting belches of flammable gas through a deepening lake of sludge, scientists reported on Thursday.
Underground pressure means the volcano “Lusi,” in Sidoarjo, East Java, is likely to gush grey mud until 2037, when volumes will become negligible, according to their computer model.
Demikian
dilaporkan dalam penelitian para ilmuwan dari Durham University
Inggris tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (25/2/2011). Tekanan
bawah tanah yang ada di bawah semburan, membuat lumpur akan terus
disemburkan hingga tahun 2037 mendatang. Sementara itu, gas akan terus
merembes melalui lumpur tersebut selama puluhan tahun bahkan hingga
seabad mendatang.
“Perkiraan
kami, akan memakan waktu selama 26 tahun bagi erupsi tersebut untuk
turun ke level yang wajar, dan turun kondisinya menjadi gunung berapi
(volcano) yang proses mendidihnya lambat,” terang Ketua Tim Peneliti,
Richard Davies. Semburan lumpur Lapindo terjadi pada 29 Mei 2006 dan
belasan orang tewas.
Pada
puncaknya nanti, diperkirakan setiap harinya akan menyemburkan lumpur
yang volumenya mencapai 40 kali volume air pada kolam renang
olimpiade. Namun saat ini baru mencapai level 4 kali lipat. Semburan
lumpur ini telah membanjiri 12 desa dengan kedalaman 15 meter. Sebanyak
42 ribu warga setempat pun terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Penelitian
yang dipimpin oleh profesor ilmu bumi pada Universitas Durham ini,
dilakukan dengan menggunakan simulasi komputer. Simulasi ini didasarkan
pada data-data dari 2 sumur gas yang ada di wilayah yang sama, dan
juga didasarkan pada data refleksi seismik yang menggambarkan struktur
geologi pusat semburan.
“Di
tengah-tengah danau ini terdapat sebuah lubang ventilasi selebar 50
meter. Selain itu, ada juga 166 lubang ventilasi lainnya yang muncul
selama kurang lebih 4 tahun terakhir. Lubang ventilasi ini telah muncul
di pabrik, jalan, bahkan rumah warga. Beberapa dari lubang tersebut
telah menyala menjadi api, menyusul adanya korban luka akibat api yang
muncul,” jelas Davies.
Tenaga
yang tersimpan dalam pusat semburan ini memang akan menjadi ancaman
jangka panjang. Namun secara bertahap efek merusaknya akan berkurang.
“Anda tidak bisa kembali ke wilayah tersebut. Bahkan mungkin saja
dampak volcano ini akan naik. Saya telah melihat kerusakan paling
dramatis di wilayah ini. Namun ini bukanlah akhir, lubang ventilasi
masih akan terus terbentuk,” ingatnya. Studi ini dimuat dalam Journal of
the Geological Society di London.
Pemerintah
Indonesia menyebut semburan lumpur akibat gempa yang terjadi beberapa
hari sebelumnya di kawasan Yogyakarta, sekitar 280 km dari pusat
semburan. Namun sejumlah ahli di luar negeri menuding perusahaan
pengeboran Lapindo Brantas yang gagal untuk memasang pipa pelindung di
sumur mereka. Akibatnya, dari dalam sumur menyembur lumpur disertai
gas.
0 komentar:
Posting Komentar